Tugas sejarah tentang sarcofagus 4 February 2011



Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal dari bahasa yunani σάρξ (sarx, "daging") dan φαγενειν (phagein,"memakan"), dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan diruang bawah tanah. Di mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabster
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur juga digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk dikubur di dalam tanah
Kubur Batu atau dalam bahasa arkeologi adalah Sarkofagus merupakan peninggalan sejarah yang memiliki nilai penting dan dapat menceritakan sejarah kehidupan masa lalu. Sumatera Utara tepatnya di Pulau Samosir ternyata banyak memiliki peninggalan sejarah berupa kubur batu (Sarkofagus) yang oleh penduduk setempat dinamakan Parholian (tempat tulang belulang) ataupun paromasan (tempat barang berharga), karena menurut masyarakat setempat bahwa yang memiliki kubur batu adalah seorang raja ni huta (pemimpin kampung) dan pembuatan kubur batu ini dibuat jauh sebelum raja meninggal, dengan kata lain sebelum raja meninggal kubur batu tersebut telah tersedia.
Dalam pengerjaan kubur batu ini, masyarakat bergotong royong untuk membuat kubur batu ini, mulai dari pemilihan batu sampai pembentukan, konon katanya batu yang digunakan diambil dari gunung dengan jenis batu yang khusus dan waktu pelaksanaannya memakan waktu hingga 5 bulan.
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan. Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki berbagai jenis bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang memiliki motif seperti kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk kepala manusia memiliki sanggul, bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya dan patung wanita di belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm.
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan, masyarakat setempat menyebut batu sada, atau parholian. (Siahaan, 2005: 353). Kubur peti batu sarkofagus terdapat hampir di seluruh daerah di wilayah kabupaten Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Namun penyebaran kuburan bentuk ini paling banyak terdapat di Pulau Samosir. Sedang di Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan relatif sedikit, hanya ditemukan di beberapa tempat saja.
Hasil pengamatan dan penelitian di lapangan jumlah sarkofagus yang teridetifikasi sebanyak 49 sarkofagus, temuan di Samosir sebanyak 35 sarkofagus, di Toba Samosir 11 sarkofagus, Tapanuli Utara 1 sarkofagus, dan di Humbang Hasundutan 2 sarkofagus, berdasarkan penelitian pendahuluan oleh Pusat Penelitian Arkeologi setempat.
Kuburan batu atau sarkofagus yang terdapat di beberapa wilayah seperti Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, dan Humbang Hasundutan terbuat dari batu utuh, istilah daerah batu sada (batu satu) atau parholian. (Siahaan, 2005: 354). Terbuat dari jenis batuan tufa, dan sebagian lain dibuat dari batu pasir dan breksi. Secara umum bentuk kuburan batu ini empat persegi panjang, simetris yang terbagi atas dua bagian, yaitu bagian wadah, merupakan tempat untuk menyimpan jenazah atau kerangka. Bagian wadah ini lebih pendek dibanding bagian atasnya, sehingga tampak bagian atasnya lebih lebar dari pada bagian bawahnya. Bagian tutup, yang berukuran besar dari bagian wadah biasanya terdiri dari beberapa lempeng batu yang dijajar memanjang sehingga terbentuk menyerupai bentuk atap rumah atau perahu. Namun ada juga sarkofagus yang bagian tutupnya berupa lempeng batu utuh. Dari sejumlah temuan Sarkofagus ada yang polos dan ada yang mempunyai ornamen. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi,panjang berkisar antara 148 cm- 307 cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm. Bahkan di situs Tomok (Marga Sidabutar)17 terdapat sarkofagus yang berukuran lebih kecil, panjang antara 100 cm – 145 cm, lebar 40-55 cm, tinggi 96 cm -100 cm .
Secara fisik dilihat dari ornamen yang terdapat pada sejumlah batu sada (sarkofagus) dapat pada gambar di atas, Sarkofagus marga Situngkir. Sarkofagus tipe ini pada bagian depan terdapat hiasan yang bentuknya seperti muka manusia atau seperti muka binatang. Pahatan bentuk manusia digambarkan laki-laki atau perempuan dalam posisi duduk atau jongkok. Di atas tutup bagian depan atau belakang sarkofagus tipe ini terdapat patung manusia, ada yang berupa patung perempuan atau laki-laki dalam posisi duduk dengan kaki terlipat. Penggambaran sarkofagus ini menampakkan karakter tersendiri. Bentuk seperti ini diantaranya terdapat di berbagai tempat di pulau Samosir dan salah satunya di Desa Situngkir Kecamatan Pangururan. Tidak diketahui secara pasti tahun pendirian sarkofagus ini, karena tidak ada angka tahun yang tertera pada bangunan tersebut. Berdasarkan tipologi yang terlihat, bahwa pendirian sarkofagus kemungkinan besar telah dibuat sejak sebelum ada pengaruh agama Kristen. Dan berkaitan dengan hunian awal daerah ini. Dugaan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa di sarkofagus tidak terdapat atribut agama Kristen. Selain itu didasarkan atas analogi yang dilakukan terhadap temuan sejenis di beberapa daerah di Indonesia, seperti temuan sarkofagus di Bali dan Sumbawa, Sumba, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan lainnya.
Menurut para ahli, tradisi membuta kuburan batu tersebut merupakan hasil budaya masyarakat pada masa megalitik. Tradisi ini merupakan ciri dan memberikan identitas kehidupan yang bersumber pada kepercayaan terhadap nenek moyang. (Sukendar, 1997: 113). Sarkofagus yang ditemukan di Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutang merupakan salah satu hasil budaya yang dibuat oleh pendukung budaya yang bersumber dari kepercayan terhadap nenek moyangnya. Memperhatikan peninggalan leluhur di era modern ini merupakan suatu perjuangan tersendiri dalam upaya menghargai dan menghormati nenek moyang kita.



Bagi teman-teman jangan lupa Dibaca ya ini semoga bermanfaat jangan hanya copas ok